Sungguh, kabar yang menarik jika di Vila Gading Permai sudah mulai merutinkankan olah raga futsal, dalam rangka meraihkan kesehatan jasmani juga menjalin silaturahim. namun tentu kita tidak lupa bahwa membangun jiwa kita tidak kalah hebatnya dengan menyehatkan jasmani.
Menurut Fakhruddin Ar-Razi, seorang ulama-intelek yang berwibawa: “Manusia mulia adalah manusia yang mengutamakan wahyu Allah dan akalnya dibanding mengikuti hawa nafsunya.”
Menurut ar-Razi, manusia memiliki hawa nafsu dan tabiat yang selalu berusaha menggiringnya untuk memiliki sifat-sifat buruk. Tapi, jika manusia lebih mengutamakan bimbingan wahyu Allah dan akal dibanding hawa nafsunya, maka ia akan jadi mulia. Bahkan, manusia bisa lebih mulia dari malaikat. Mengapa? Malaikat selalu bertasbih karena tidak memiliki hawa nafsu, sementara manusia harus berjuang melawan hawa nafsunya.
Jika kebahagiaan manusia terkait dengan hawa nafsu dan mengikuti amarah, maka hewan-hewan tertentu — yang amarah dan nafsunya lebih hebat — akan lebih tinggi martabatnya dibanding manusia.
Jika makanan atau seksualitas menjadi sebab diraihnya kebahagiaan dan kesempurnaan, maka seseorang yang makan terus menerus akan menjadi manusia paling sempurna atau paling bahagia. Tapi, seorang yang makan terus menerus dalam jumlah berlebihan, justru akan membahayakan dirinya.
Menurut Fakhruddin ar-Razi, jika manusia hanya sibuk dengan kenikmatan jasmani, maka daya spiritualitasnya akan rendah dan intelektualitasnya tertutup. Ia akan tetap diliputi dengan nafsu kebinatangan, bukan dengan kemanusiaan. Padahal, esensi kemanusiaan yang sebenarnya adalah menyibukkan diri kepada Allah, Yang Maha Agung, supaya ia menyembah-Nya, mencintai-Nya dengan sepenuh jiwa raganya. Kesibukan dengan kenikmatan duniawi akan menghalanginya dari beribadah dan mengingat-Nya.
Di tengah-tengah merebaknya pemujaan terhadap budaya kuliner, hedonis, materialis, pornoaksi dan pornografi, kita diingatkan bahwa kenikmatan ruhani, kebahagiaan jiwa, kecintaan untuk meraih ilmu pengetahuan, melakukan ibadah, menjauhi kemaksiatan, melakukan kebajikan dan mencintai Allah dengan segenap jiwa dan raga. Itulah esensi kemanusiaan.
Bangsa Indonesia pun mengakuinya, sehingga dinyanyikan pula dalam syair lagu kebangsaan Indonesia Raya: ”Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya!”
Tapi, marilah kita jujur, apakah pembangunan jiwa ini benar-benar menjadi prioritas pembangunan di Indonesia. Pemerintah memang sedang menggalakkan program Pendidikan Karakter bangsa, tetapi pada saat yang sama, pemerintah juga secara sistematis membiarkan proyek-proyek penghancuran karakter bangsa.
Sumber: insistnet
sangat penting membangun jiwa anak sejak dini,,makasih untuk infonya yaa
sama-sama Mas Rofai. semoga bermanfaat.
ikuuuuut……tempat nya d mana boosss
Silahkan kondirmasi ke Pak Komandan ya…. 🙂 Semoga kita semua selalu bersama kebaikan 🙂
bro Maryu….gmn klanjutn rencana pngajian. maaf ada usul gmn klw jm19-21.klw jm17 blum siap.thanx bro…..
Alhamdulillah, masukkan yang bagus. Segera Koordinasikan dengan Pak Komandan saja Pak Gun. Insya Allah niat baik kita untuk mengadakan pengajian sudah dicatat sebagai amal kebajikan yang kelak akan berbuah pahala…
ikut.. ^_^
Alhamdulillah, mari ajak yg lain, mengajak orang lain pada kebaikan maka pahalanya luar biasa…
setuju banget atas artikelnya, trus suarakan kebajikan, keluhuran dan kemuliaan akhlak dan fikiran Mas MAryu, aku dukung dech……
Sekedar berbagi pak Zaeni, semoga kita bisa membangun jiwa dengan selalu bertaqarub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) dengan memperbanyak amal shaleh.
hadir brooo…mantappppp!!!!
Alhamdulillah, Pak gun memang luar biasa….!